Banggasejarah - Tak ada satu pun yang menampik bahwa Sukarno adalah seorang pecinta
perempuan sejati. Hal itu bahkan diakuinya sendiri kepada Cindy Adams
(penulis otobiografi Sukarno): “Bukan suatu dosa atau tidak sopan kalau
seseorang mengagumi seseorang perempuan cantik”, ujarnya .
Selain
mengagumi Sun Yat Sen, Karl Marx dan para tokoh pemikir lainnya,
Sukarno pun sangat gandrung akan perempuan-perempuan cantik seperti Gina
Lollobrigida. Saat pers Barat mencemoohnya sebagai “Don Juan from Asia”
karena mengunjungi artis Italia kenamaan itu secara khusus kala
berkunjung ke sana pada Oktober 1964, Sukarno berkilah: “Aku hanya
seorang pecinta kecantikan yang luar biasa”, katanya.
Artis
dunia lainnya yang pernah bikin heboh karena pertemuannya dengan
Sukarno adalah Marylin Monroe. Itu terjadi berkat andil Joshua Logan,
sutradara film “Bus Stop” yang diperani oleh Marilyn. Logan bertemu
Sukarno saat Si Bung itu mengunjungi dan bertemu sekitar 200 pekerja
film di Hollywood
.
Untuk menghormati kedatangan
Sukarno dan rombongan, malam harinya, Eric Allen Johnston (Presiden
Motion Picture Association of America) membuat perhelatan di The Beverly
Hills Hotel. Sebenarnya Marilyn tak diundang dan dijadwalkan datang ke
pesta itu. Tetapi saat syuting film “Bus Stop” dia diajak Joshua Logan.
“Saya ingin kau menemui sahabat saya nanti malam”, bujuk Logan kepada
Marilyn. Tanpa ragu Marylin mengiyakan permintaan Logan. Padahal esok
harinya dia akan berulang tahun ke 30 dan harus terbang malam itu juga
ke New York untuk suatu
acara.
Datanglah
Marilyn ke pesta tersebut. Dengan gaun gelap berleher panjang-nya,
Marilyn seolah menghidupkan suasana pesta. Selain Marilyn, hadir juga
para actor terkenal lainnya termasuk Gregory Peck, George Murphy (kelak
menjadi senator) dan Ronald Reagan (kelak menjadi presiden AS).
Kehadiran
Marilyn benar-benar bak magnet bagi semua orang yang hadir di acara
tersebut. Tak terkecuali bagi Sukarno. Saat mengetahui kedatangan
Marilyn, dengan gaya seorang gentleman , ia menghampiri artis blonde
tersebut. Mereka bertemu dalam suasana akrab hampir selama 45 menit.
Layaknya seperti dua sahabat yang lama yang tak bertemu. Momen itu tak
disia-siakan oleh para fotografer Amerika dan Indonesia.
Marilyn
dengan basa-basi mengatakan bahwa dia menyesal tak diundang ke pesta
itu. Namun Sukarno tak peduli dia diundang atau tidak, asalkan sudah
bertemu dengannya.
“Tujuan saya datang ke Amerika antara lain untuk menemuimu”, kata Sukarno.
Pertemuan
Marilyn dengan Sukarno meninggalkan beberapa kisah menarik yang
berkembang melampaui batas-batas fakta sebenarnya. Dalam buku Goddess The Secret Life of Marilyn Monroe, yang ditulis Anthony Summers ada bagian yang menyebut tentang affair yang terjadi diantara dua legenda itu, yang menurut Dr. Lambert Giebel (penulis buku Soekarno, 1901-1950 dan Soekarno, 1950-1970), sangat sulit dikonfirmasikan apalagi untuk dibenarkan.
Sang
perantara pertemuan itu yakni Joseph Logan sendiri seolah membiarkan
spekulasi sensitif beredar di kalangan pers dengan menyatakan “Saya
pikir mereka berdua melakukan pertemuan lanjutan setelah pesta itu”,
katanya.
Namun yang jelas, pertemuan antara Sukarno
dan Marilyn Monroe tersebut menuai isu kencang di kalangan pejabat elite
AS. Ya wajar saja, karena Sukarno dikenal sebagai seorang 'pemuja
perempuan’ sementara bintang Hollywood itu merupakan sang penggoda
ulung.
Dan memang, sedikit yang mengetahui soal apa
yang dibicarakan Sukarno dengan Marilyn dalam perjamuan di Beverly Hills
Hotel akhir Mei 1956 itu. Meski demikian, rumor tentang apa yang
terjadi setelah pertemuan itu tetap saja bertiup santer.
Dalam Celebrity Secrets: Official Government Files
on the Rich and Famous, Anthony Summers (seorang yang mempunyai
otoritas menulis tentang Monroe) menyebut selama syuting Bus Stop pada
1956, Marilyn bertemu dengan Presiden Indonesia, Achmed Sukarno. “Dia
ingin memberitahu temannya Robert Slatzer bahwa ia dan Sukarno telah
'menghabiskan malam bersama'."
Dalam buku yang
mengklaim berbasis data FBI itu, Summers mengungkapkan apapun yang
terjadi pada pertemuan itu tidak ada yang berlalu tanpa diketahui oleh
CIA, agen rahasia AS."Dalam tahun-tahun itu, Indonesia menjulang
sebagaimana Vietnam dalam pantauan Washington sebagai prioritas di
Asia," demikian tulis buku karya Nick Redfern dan Nicholas Redfern itu.
Dalam
buku ini, Nick dan Nicholas juga mengungkapkan adanya rekaman (antara
1957 dan 1958) yang mengindikasikan keterlibatan CIA dalam segala bentuk
kejahatan untuk menumbangkan Sukarno, yang dipandang AS bertanggung
jawab mengarahkan negaranya pada komunisme. Kendati demikian, ketika AS
merasa perlu untuk mengambil hati Sukarno, CIA “bermimpi” untuk
menggunakan seks sebagai pancingan. Marilyn Monroe adalah salah satu
umpan tersebut.
Menurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, (dikutip dari buku Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe karangan Anthony Summer) konon memang ada pertemuan lanjutan antara Sukarno dan Monroe setelah malam itu.
"Ada
upaya untuk membuat Sukarno terus bersama Monroe. Pertengahan 1958,
saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang,"
ujar Joseph Smith di buku itu. Beberapa sumber AS juga mensinyalir
Marilyn sebagai seorang artis yang sengaja direkrut CIA untuk
“menaklukan” Sukarno. Sejauh mana kebenaran dari cerita tersebut? Hanya
Tuhan dan CIA yang tahu.
No comments:
Post a Comment