Sriwijaya atau Srivijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Bukti awal mengenai keberadaan
kerajaan ini berasal dari abad ke-7, ketika seorang pendeta Tiongkok, I Tsing,
menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling
tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682 masehi.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut karena beberapa peperangan, di
antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan
tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183
kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Sriwijaya menjadi simbol
kebesaran Sumatera awal, bersama kerajaan besar Nusantara lainya, misalnya
Majapahit di Jawa Timur.
Pada abad ke-20, kedua kerajaan
tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.
Berdasarkan hasil penelitian
arkeolog UI, di Candi Kedaton yang masuk pada komplek Candi Muarojambi, para
peneliti dibantu sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
berhasil menemukan beberapa struktur bangunan candi yang menunjukkan tempat itu
merupakan pusat pengajaran agama Buddha di Jambi, bahkan di kawasan Asia
Tenggara.
Selain itu pada tahun 2011 lalu
pengupasan gapura kuno di situs arkeologi Muaro Jambi menghasilkan temuan baru
berupa dua makara atau profil bangunan mirip arca.
Temuan makara ini diduga kuat
sebagai bagian dari kompleks Candi Kedaton, di kawasan situs Muaro Jambi,
Jambi.
Humas Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jambi mengatakan, pihaknya sedang melaksanakan pengupasan
struktur bangunan bata yang selama ini telah dipenuhi lumpur dan tanaman liar.
Struktur bangunan yang berada di sisi utara Candi Kedaton itu diduga merupakan
gapura bangunan induk.
Ketika pengupasan berlangsung,
tim menemukan sebuah benda mirip arca dari batu sungai sekitar pukul 08.30.
Setelah pengupasan terus dilakukan hingga memakan hampir 2 jam, baru diketahui
benda setinggi 1 meter itu adalah makara, yaitu profil mirip arca yang lazim
dibangun pada gapura.
Pihaknya menduga masih akan
banyak temuan lainnya di kompleks ini, mengingat ada sekitar 80-an struktur
arkeologi dalam kawasan tersebut masih tertimbun lumpur dan tanaman liar.
Pengupasan dan pemugaran sangat
diperlukan sebagai upaya penyelamatan peninggalan sejarah peradaban Buddha
sejak Abad VII-XIV ini. Candi Kedaton berjarak sekitar 2 kilometer dari
kompleks utama situs Muaro Jambi.
Sedangkan pengupasan di kompleks
ini merupakan proyek ketiga. Sejak tahun 2009, BP3 dua kali memugar bangunan
induk. Seluruh rangkaian pengerjaan di kompleks Kedaton ditargetkan selesai
empat tahun ke depan.
Dari penelitian itu,
diperkirakan juga lokasi tersebut merupakan satu di antara pusat pembelajaran
agama Buddha selain di Kanton dan Nalanda. Dari temuan tersebut menurut
arkeolog UI berkesimpulan, bahwa di Muarojambi sebelumnya merupakan ibu kota
Kerajaan Sriwijaya!
Menurut peneliti, ternyata Muarojambi itu pusat betul seperti di arah timur bagian utara dalam ketentuan agama Budha ada sumur, ditemukan sumur di situ kemudian tahapan-tahapan di dinding-dinding itu semua ditemukan. Berdasarkan itulah arkeolog dari UI berkesimpulan bahwa ibu kota Sriwijaya ada di Muarojambi.
Pada penelitian lanjutan yang
dilakukan Juni 2013, para ahli arkeolog UI menemukan tembikar di beberapa
struktur bangunan candi. Hasil kerajinan dari tanah liat tersebut berbeda di
lokasi terluar candi berdasarkan eskavasi yang dilakukan para peneliti lebih
kasar dibandingkan dengan yang ditemukan di lokasi dalam yang lebih halus
bentuknya.
Terkait hal itu, Gubernur Jambi
mengatakan masih akan menunggu hasil resmi atas penelitian itu dan belum akan
membentuk tim atas hasil temuan dan juga kajian dari ahli arkeologi UI
tersebut. “Kami akan lihat perkembangannya, di mana pasti akan terjadi polemik
antara arkeolog, kita lihat nanti, kita sifatnya menunggu,” ujarnya.
Candi Muarojambi diklaim sebagai salah satu komplek percandian terluas di Asia Tenggara. Situs ini mempunyai luas 12 kilometer persegi, panjang lebih dari tujuh kilometer serta kawasan seluas 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai Batanghari.
Candi ini berada di Kabupaten
Muarojambi dan lokasinya tidak jauh dari Kota Jambi, di mana bisa ditempuh
menggunakan kendaraan darat sekitar 30 menit perjalanan.
Di situs Candi Muarojambi,
sedikitnya telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri
dari tak kurang dari 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah
peninggalan Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang
kebudayaan Melayu Budhis.
Diperkirakan candi-candi di
lokasi situs sejarah candi Muaro jambi mulai dibangun sejak abad 4 M. Pusat
kerajaan maritim besar ini sebelumnya diklaim berada di kawasan Palembang,
Sumatera Selatan. Sementara Jambi hanya disebut sebagai pengembangan kota raja
saja.
No comments:
Post a Comment