Tuesday, June 16, 2015

Pusat Kerajaan Sriwijaya Bukan di Palembang, Tapi.....





Sriwijaya atau Srivijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.


Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7, ketika seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.

Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682 masehi.

Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut karena beberapa peperangan, di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, bersama kerajaan besar Nusantara lainya, misalnya Majapahit di Jawa Timur.

Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.

Berdasarkan hasil penelitian arkeolog UI, di Candi Kedaton yang masuk pada komplek Candi Muarojambi, para peneliti dibantu sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia berhasil menemukan beberapa struktur bangunan candi yang menunjukkan tempat itu merupakan pusat pengajaran agama Buddha di Jambi, bahkan di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu pada tahun 2011 lalu pengupasan gapura kuno di situs arkeologi Muaro Jambi menghasilkan temuan baru berupa dua makara atau profil bangunan mirip arca.

Temuan makara ini diduga kuat sebagai bagian dari kompleks Candi Kedaton, di kawasan situs Muaro Jambi, Jambi.

Humas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi mengatakan, pihaknya sedang melaksanakan pengupasan struktur bangunan bata yang selama ini telah dipenuhi lumpur dan tanaman liar. Struktur bangunan yang berada di sisi utara Candi Kedaton itu diduga merupakan gapura bangunan induk.

Ketika pengupasan berlangsung, tim menemukan sebuah benda mirip arca dari batu sungai sekitar pukul 08.30. Setelah pengupasan terus dilakukan hingga memakan hampir 2 jam, baru diketahui benda setinggi 1 meter itu adalah makara, yaitu profil mirip arca yang lazim dibangun pada gapura.

Pihaknya menduga masih akan banyak temuan lainnya di kompleks ini, mengingat ada sekitar 80-an struktur arkeologi dalam kawasan tersebut masih tertimbun lumpur dan tanaman liar.

Pengupasan dan pemugaran sangat diperlukan sebagai upaya penyelamatan peninggalan sejarah peradaban Buddha sejak Abad VII-XIV ini. Candi Kedaton berjarak sekitar 2 kilometer dari kompleks utama situs Muaro Jambi.

Sedangkan pengupasan di kompleks ini merupakan proyek ketiga. Sejak tahun 2009, BP3 dua kali memugar bangunan induk. Seluruh rangkaian pengerjaan di kompleks Kedaton ditargetkan selesai empat tahun ke depan.

Dari penelitian itu, diperkirakan juga lokasi tersebut merupakan satu di antara pusat pembelajaran agama Buddha selain di Kanton dan Nalanda. Dari temuan tersebut menurut arkeolog UI berkesimpulan, bahwa di Muarojambi sebelumnya merupakan ibu kota Kerajaan Sriwijaya!

Menurut peneliti, ternyata Muarojambi itu pusat betul seperti di arah timur bagian utara dalam ketentuan agama Budha ada sumur, ditemukan sumur di situ kemudian tahapan-tahapan di dinding-dinding itu semua ditemukan. Berdasarkan itulah arkeolog dari UI berkesimpulan bahwa ibu kota Sriwijaya ada di Muarojambi.

Pada penelitian lanjutan yang dilakukan Juni 2013, para ahli arkeolog UI menemukan tembikar di beberapa struktur bangunan candi. Hasil kerajinan dari tanah liat tersebut berbeda di lokasi terluar candi berdasarkan eskavasi yang dilakukan para peneliti lebih kasar dibandingkan dengan yang ditemukan di lokasi dalam yang lebih halus bentuknya.

Terkait hal itu, Gubernur Jambi mengatakan masih akan menunggu hasil resmi atas penelitian itu dan belum akan membentuk tim atas hasil temuan dan juga kajian dari ahli arkeologi UI tersebut. “Kami akan lihat perkembangannya, di mana pasti akan terjadi polemik antara arkeolog, kita lihat nanti, kita sifatnya menunggu,” ujarnya.

Candi Muarojambi diklaim sebagai salah satu komplek percandian terluas di Asia Tenggara. Situs ini mempunyai luas 12 kilometer persegi, panjang lebih dari tujuh kilometer serta kawasan seluas 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai Batanghari.

Candi ini berada di Kabupaten Muarojambi dan lokasinya tidak jauh dari Kota Jambi, di mana bisa ditempuh menggunakan kendaraan darat sekitar 30 menit perjalanan.

Di situs Candi Muarojambi, sedikitnya telah teridentifikasi kurang lebih 110 bangunan candi yang terdiri dari tak kurang dari 39 kelompok candi. Bangunan candi tersebut adalah peninggalan Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya, yang berlatar belakang kebudayaan Melayu Budhis.

Diperkirakan candi-candi di lokasi situs sejarah candi Muaro jambi mulai dibangun sejak abad 4 M. Pusat kerajaan maritim besar ini sebelumnya diklaim berada di kawasan Palembang, Sumatera Selatan. Sementara Jambi hanya disebut sebagai pengembangan kota raja saja.

No comments:

Post a Comment