gambar dari natgeographic |
Curug
Cikondang dikenal sebagai Niagara mini. Letaknya tak jauh dari
Situs Gunung Padang yang sekarang menjadi terkenal itu.
Curug
Cikondang memiliki ketinggian sekitar 50 m dan terletak diantara hamparan
kebun teh PTP VIII Panyairan dan terasering sawah yang menghijau. Curug
Cikondang ternyata bukan bentukan air mata asli tapi lebih karena tumpahan
sungai yang jatuh melalui tebing besar. Ukurannya terbilang sangat besar. Deru
air jatuhnya pun sangat indah. Sayangnya keindahan dimensi air terjun tidak
dibarengi pengelolaan yang baik.
Terletak
di Desa Sukadana, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS: 7° 0' 13.7154" S, 107° 7' 19.9 E
Peta dan Koordinat GPS: 7° 0' 13.7154" S, 107° 7' 19.9 E
Berjarak
tempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Cianjur. Dapat ditempuh melalui jalur
masuk ke Gunung Padang (Situs Megalitik Gunung Padang).
Namun
jangan mengira arti Kondang dalam Cikondang berarti terkenal. Ci tentu berasal
dari kata cai, yang berarti air. Sementara kondang adalah nama
sejenis pohon loa atau dalam bahasa Latinnya Ficus subracemosa Blume.
Pohon ini bisa tumbuh setinggi 40 meter dan diameter 1,75 meter. Ditemukan di
hutan-hutan Asia Tenggara, biasanya di Jawa tumbuh di ketinggian 1.500 meter
dari permukaan laut.
Di akhir pekan banyak wisatawan
menuju ke curug ini. Alhasil, halaman rumah milik warga pun menjadi arena
parkir. Dari tempat parkir atau jalan Desa Sukadana, pengunjung harus melewati
jalan setapak di pinggiran perkebunan teh PTPN VIII Panyairan. Tak jauh dari
gerbang, ada loket masuk Curug Cikondang.
Untuk masuk lokasi wisata setiap
pengunjung cukup membayar Rp5.000. Sepertinya, retribusi ini masih dikelola
secara mandiri oleh pihak Desa Sukadana atau serikat pekerja perkebunan. Itu
terlihat dari tiket masuk yang berupa kertas kecil mirip gulungan kertas untuk
arisan, namun memakai cap SP BUN Panyairan.
Dari gerbang keberadaan curug
belum terlihat. Baru ketika sampai di sebuah tikungan, di situ terlihat ada
sebuah sungai. Rupanya itulah puncak air terjunnya.
Curug
Cikondang ini memiliki ketinggian sekitar 50 m dan terbentuk karena adanya
tumpahan sungai yang jatuh melalui tebing besar. Secara garis besar Curug
Cikondang ini indah, hanya saja perlu dikelola lebih baik lagi serta akses
jalan menuju ke sini harus diperbaiki sehingga para wisatawan tidak sakit hati
dan urung menuju kesana karena buruknya akses jalan.
Jika Anda ingin berenang atau
sekadar berendam di Curug ini harus berhati-hati. Di bagian atas curug ini
terdapat pengolahan atau penambangan emas secara tradisional. Biasanya,
pengolahan emas ini melewati proses amalgamasi dengan menggunakan air raksa
atau merkuri untuk memisahkan emas dari tanah.
Sayang, di tempat ini belum ada
fasilitas penunjang. Tidak ada kamar mandi umum, toilet, atau musala. Yang ada
hanya sebuah warung kecil untuk sekadar mengganjal perut yang keroncongan.
Tak heran julukan Little Niagara
atau Niagara mini pun mampir ke Curug Cikondang. Namun debit air saat itu
sedikit berkurang. Mungkin karena faktor kemarau membuat curahan air tidak
merata di mulut curug.
Tentu saja kami memanfaatkan
momen itu untuk berfoto-foto dan bernarsis ria. Sayang, tidak satu pun diantara
kami yang menceburkan diri ke kolam di bawah curug atau mandi curahan air
terjun. Padahal, dari rombongan yang lain, justru asyik berbasah-basahan,
berenang, atau pun berendam.
Selain dikunjungi rombongan,
tempat ini cocok juga didatangi pasangan atau mereka yang sedang berpacaran.
Tak heran, di beberapa spot bagian bawah curug, ada saja pasangan yang
memisahkan diri dari keramaian. Asyik dengan dunia mereka sendiri.
dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment