Dalam pertumbuhannya, sebagaimana
kebanyakan pemerintahan negeri-negeri pada masa lalu, ada negeri yang kuat dan berkembang,
sebaliknya adapula yang tidak mampu bertahan dan akhirnya tenggelam atau
lenyap. Hal tersebut juga berlaku terhadap negeri-negeri Sigindo di Alam
Kerinci, dimana tidak semua negeri Sigindo dapat tumbuh menjadi negeri yang
makmur dan kuat. Bagi negeri yang tidak mampu berkembang, maka secara alamiah
lenyap dengan sendirinya.
Bilamana suatu negeri Sigindo tidak
dapat bertahan lagi, maka biasanya rakyat negeri tersebut akan memilih
bergabung dengan negeri Sigindo lain, yaitu dengan negeri Sigindo yang lebih
kuat dan makmur. Kondisi ini merupakan seleksi alamiah yang terjadi terhadap
kemapanan dari suatu pemerintahan Sigindo yang tersebar di Alam Kerinci.
Sehingga pada akhirnya pemerintahan Sigindo yang bertahan, memang benar-benar
pemerintahan Sigindo yang telah teruji kemapanannya.
Asal-usul Sigindo
Diperkirakan bahwa sekitar abad ke 6
Masehi di wilayah Alam Kerinci, Jambi, telah terbentuk negeri-negeri yang
secara terpisah mempunyai pemerintahan sendiri. Sebuah komunitas masyarakat
sudah barang tentu mencari pemimpin dari orang-orang yang mempunyai pengaruh
dan disegani dalam kelompoknya. Biasanya mereka juga merupakan orang yang
diyakini memiliki kesaktian sehingga diharapkan dapat melindungi negeri dari
berbagai mara bahaya yang ditimbulan manusia, alam, binatang, maupun roh-roh
jahat.
Munculnya pemimpin-pemimbin negeri
baru ini diperkiranan seiring dengan pertumbuhan negeri-negeri di Alam Kerinci,
yaitu sekitar abad ke 6 Masehi. Para pemimpin negeri itu, dikenal dengan
sebutan Sigindo atau kepala kaum/kelompok dari suatu komunitas keturunan dari
kelompok masyarakat yang mendiami suatu daerah tertentu, dimana sekaligus
merangkap sebagai kepala pemerintahan dari suatu wilayah negeri.
Sebuah negeri Sigindo terdiri atas
beberapa buah dusun, dimana di dalam sebuah dusun terdapat kelompok kekarabatan
masyarakat seketurunan. Pada kelompok kekarabatan ini masih terdapat lagi
kelompok yang lebih kecil yaitu kumpulan dari kelompok-kelompok kekeluargaan,
sedangkan strata masyarakat yang paling kecil adalah keluarga. Masing-masing
strata kekarabatan mulai dari unit yang terkecil dipimpin oleh seorang kelompok
yang ditunjuk dan dipilih menurut ketentuan adat yang berlaku.
Dalam perkembangan selanjutnya,
untuk unit keluarga terkecil disebut dengan Tumbi oleh kepala Tumbi atau kepala
keluarga. Kumpulan dari beberapa unit keluarga kecil (tumbi) dalam lingkup
kekarabatan seketurunan disebut dengan istilah Perut, dan dipimpin oleh
Tengganai. Lapisan berikutnya merupakan dari beberapa Perut disebut dengan
istilah Kelebu dan dipimpin oleh kepala Kelebu yang lazim disebut sekarang
dengan istilah Ninik Mamak. Sedangkan kumpulan dari kekerabatan Kelebu disebut
dengan ‘luhak; atau lurah yang dipimpin oleh seorang kepala lurah yang lazim
disebut dengan Depati.
Masing-masing strata di atas
mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri yang pada intinya menuntun
dan membimbing masyarakat untuk dapat mentaati norma dan kententuan adat
negeri. Melalui strata kemasyarakatan di atas, segala bentuk kebijakan
pemerintah negeri disampaikan secara beranting ke bawah. Melalui alir sistem
ini dilakukan pengendalian terhadap komponen masyarakat atau warga yang
terhimpun dalam sebuah negeri Sigindo. Masing-masing pemimpin pada strata
masyarakat yang terbentuk memikul tugas dan tanggung jawab membina dan mengurus
anak negeri atau kaum kerabatnya.
Bila sebuah negeri Sigindo hanya
merupakan sebuah dusun, maka berarti Sigindo yang memerintah hanya memerintah
strata kelompok masyarakat yang berada dalam lingkup dusun itu saja. Namun
apabila sebuah negeri Sigindo terdiri atas banyak dusun dibawahnya, maka
Sigindo yang berkuasa berarti memerintah dan mengatur seluruh strata
kemasyarakatan yang terdapat pada beberapa dusun. Makin banyak dusun-dusun yang
berada di bawah sebuah pemerintahan Sigindo, menunjukkan besarnya kekuasaan
seorang Sigindo.
Pada pemerintahan para Sigindo
dikisahkan bahwa kehidupan masyarakat di Alam Kerinci berjalan dengan baik.
Masyarakat dapat hidup aman, tentram dan makmur. Pemerintahan Sigindo semakin
meluas sehingga di Alam Kerinci terdapat banyak negeri yang dibawah
kepemimpinan Sigindo. Banyak di antara negeri Sigindo tersebut berasal dari
induk Sigindo yang sama atau negeri tersebut berasal dari induk negeri yang
serumpun, namun secara otonom masing-masing menjalankan pemerintahan secara
terpisah.
Masing-masing mengurus dan mengatur
kepentingan penduduk negerinya tanpa ikut sampur Sigindo asalnya. Tidak ada
Sigindo yan berada dibawah kekuasaan Sigindo yang lain, atau satu Sigindo
takluk pada kekuasaan sebuah pemerintahan Sigindo lainnya. Walaupun tidak
terdapat hubungan secara hirarki dengan pemerintahan Sigindo negeri asal, namun
pemerintahan Sigindo yang berumur lebih tua (Sigindo asal) selalu dihormati oleh
Sigindo yang lebih baru. Negeri Sigindo yang keberadaanya lebih muda sungguhpun
tidak berada dibawah kekuasaan atau pengaruh Sigindo asal, akan selalu
mengikuti langkah kebijakan pendahulunya dalam meminpin negeri.
Perselisihan antara negeri Sigindo
jarang diceritakan, karenanya boleh dikatakan jarang terjadi. Kalaupun ada, itu
pun hanya terjadi antara Sigindo pada tingkatan lapisan di bawah atau antara
negeri Sigindo yang berbeda asal. Perselisihan biasanya akan dapat diselesaikan
melalui peran Sigindo-Sigindo asalnya. Inilah diantara kekhasan dari
pemerintahan Sigindo di Alam Kerinci.
Wilayah Negeri Sigindo
Dari sekian banyak negeri Sigindo di
Alam Kerinci, diantaranya yang sering disebut orang untuk Kerinci Tinggi
adalah:
1.
Sigindo
Batinting (Segerinting atau Keninting) terletak di wilayah Selatan Danau
Kerinci. Wilayah ini diduga merupakan lokasi bekas dusun purba Jerangkang
Tinggi. Di wilayah ini terdapat beberapa dusun yang dulunya berkembang pesat
dan maju.
- Sigindo Sakti yang lokasinya diperkirakan terletak dibagian timur dusun Lempur. Negeri dalam wilayah tanah Sigindo ini adalah dusun-dusun yang berasal dari dusun purba Tanjung Muara Sekiau.
- Sigindo Balak wilayahnya memayungi negeri-negeri yang berasa dari bekas dusun pubra Renah Punti. Daerah tanah Sigindo ini diperkirakan disekitar dusun Serampas sekarang.
- Sigindo Elok Misai yang diperkirakan berada disekitar dusun Jangkat (Muara Maderas). Negeri tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Mutun.
- Sigindo Bauk diperkirakan berada dekat dusun Tamiai sekarang. Negeri dari tanah Sigindo ini berasa dari dusun purba Muara Sekiau berlokasi di tepi Batang Merangin.
- Sigindo Teras diperkirakan berlokasi disekitar dusun Pengasi, yang berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kumbang diperkirakan berlokasi di daerah Jujun di pinggir Danau Kerinci. Wilayah Sigindo ini berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kerau diperkirakan berlokasi di dusun Seleman sekarang. Negeri dibawah tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Jelatang.
- Sigindo Keramat diperkirakan berlokasi di luar dusun Hiang sekarang. Negeri yang tercakup disini berasal dari dusun purba Koto Jelatang.
- Sigindo Kecik diperkirakan berlokasi di luar dusun Tanah Kampung sekarang. Negeri yang terlingkup dalam wilayah kekuasaan Sigindo Kecik berasal dari dusun purba Koto Beringin.
- Sigindo Siung diperkirakan berlokasi di daerah perbukitan di sekitar dusun Kumun sekarang. Negeri yang berada di bawah tanah Sigindo ini beradal dari dusnu purba Talang Betung.
- Sigindo Panjang Rambut diperkirakan berlokasi di atgas bukit dekat dusun Sungai Liuk sekarang. Negeri yang berada dibawah tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Koto Beringin.
- Sigindo Merak diperkirakan berlokasi di atas perbukitandekat dusun Tebat Ijuk sekarang. Negeri yang masuk wilayah ini berasal daeri dusun purba Koto Limau Sering.
- Sigindo Junjung diperkirakan berlokasi di Tanjung Kerbau Jatuh (Sanggaran Agung) sekarang. Negeri yang berada dibawah tanah Sigindo ini berasal dari pemekaran dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Siah tanah Sigindo Rawo, tanah Sigindo Batinting dan tanah Sigindo Bujang diperkirakan berlokasi di sekitar dusun Pulau Sangkar sekarang. Negeri yang ini berasal dari dusun purba Jerangkang Tinggi.
- Sigindo Kuning berlokasi di daerah Pratin Tuo (dusun Tuo). Negeri yang berada di bawah Sigindo ini berasal dari dusun purba Lapai Tuo. Daerah ini disebelah Timur Serampas.
Sedangkan
untuk daerah Kerinci Rendah tanah Sigindo yang sering dituturkan adalah perbincangan
tetua masyarakat adalah:
1.
Sigindo
Segilintang berada disekitar daerah Pamenang sekarang. Negeri yang berada dalam
lingkup tanah Sigindo ini berasal dari dusun purba Sungai Lintang.
2.
Sigindo
Timben berada pada daerah sekitar dusun Sungai Manau sekarang. Negeri yang
berada dalam lingkup wilayah ini berasal dari dusun purba Timben.
3.
Sigindo
Pengantung wilayahnya berada pada daerah sekitar Pangkalan Jambu sekarang.
Sigindo ini menerintah negeri yang berasal dari dusun purba Pengantung.
4.
Sigindo
Malgan wilayahnya juga berada pada daerah sekitar Pangkalan Jambu. Negeri yang
berada dalam lingkup tanah Sigindo ini berasa dari dusun purba Malgan.
5.
Sigindo
Simukun wilayahnya berada disekitar Nalo dan Tantan sekarang. Negeri yang
berada dalam lingkup wilayah ini beradal dari dusun purba Muaro Simukun.
6.
Sigindo
Demahu wilayahnya juga berada pada daerah sekitar Nalo dan Tantan sekarang.
Seang negeri yang berada dalam lingkup tana seginda oni beradal dari dusun
purba Demahu.
7.
Sigindo
Buluh wilayah berada pada daerah sekitar Nalo dan Tantan. Negeri yang berada
dalam lingkup tanah Sigindo ini berasal dari dusun purbah Lubuk Buluh.
Pada
masa kejayaannya, keberadaan negeri Sigindo di Alam Kerinci telah menjadi
pembicaraan dari banyak kerajaan atau pemerintahan pada waktu itu. Perkembangan
ini berpengaruh cukup besar terhadap eksistensi pemerintahan negeri-negeri
Sigindo. Kekawatiran akan terjadi perselisihan di antara negeri Sigindo yang
disebabkan perebutan pengaruh dari kerajan luar mungkin saja terjadi. Para
Sigindo menyadari akan potensi komplik ini, maka untuk itu para Sigindo yang
berpengaruh di Alam Kerinci lalu memprakarsai langkah-langkah konsolidasi ke
arah persatuan dan kesatuan negeri-negeri Sigindo.
Prakarsa ke arah terbentuknya persatuan ini telah melahirkan Negara Sigindo Alam Kerinci yang bernaung dalam satu payung pemerintahan yang terkoordinasi pada tahun 644 M. Pusat pemerintahan kolektif ini berkedudukan di Jerangkang Tinggi dengan Sigindo rumpun kerabat tertua yaitu Sigindo Batinting dari Jerangkang Tinggi di sungai Musi. Negara Sigindo menjalin persahabatan dengan kerajaan tetangga yaitu kerajaan Malayu. Hubungan baik ini telah dibina cukup lama dan kedua belah pihak mendapat manfaat yang saling menguntungkan terutama dalam perniagaan di antara penduduk negeri.
Kerajaan
Sriwijaya yang berambisi untuk mengukuhkan pengaruh dan kekuasaannya atas bumi
Nusantara terus melakukan ekspansi ke daerah-daerah disekitarnya dengan
mengirim pasokan dan armada perang yang tangguh. Salah satu daerah terdekat
yang menjadi sasaran adalah kerajaan Melayu. Pengaruh kerajaan Sriwijaya juga
sampai ke daratan Asia Tenggara, seperti Malaysia (Tanjung Kra), Thailand
Selatan, Myanmar, Kamboja, Annam dan kepulauan Filipina. Daerah-daerah itu
sebelumnya berada dibawah pengaruh kekuasaan kerjaan Melayu.
Masih
dalam abad ke 7 Masehi, ekspansi kerajaan Sriwijaya juga dilakukan ke daerah
selatan dengan menaklukkan kerajaan Tulang Bawang di daerah Lampung. Setelah
itu, kerajaan Sriwijaya mengukuhkan pula kekuasaannya atas pulau Bangka
(Prasasti Kota Kapur tahun 686 M). Ekspansi tidak terhenti di sini, karena
diteruskan ke pulau Jawa. Berbarengan dengan ekspansi ke pulau Jawa, kerajaan
Sriwijaya juga melakukan persiapan yang matang untuk menaklukkan kerajaan
Melayu. Persiapan dilakukan mengingat posisi kerajaan Melayu yang merupakan
satu kerajaan terkuat di Sumatera.
Setelah
segala sesuatu dipersiapkan dengan baik, maka penyerangan lalu dilaksanakan
baik melalui darat maupun laut terhadap daerah-daerah pusat kekuatan kerajaan
Melayu. Gempuran yang dilakukan berkali-kali dari berbagai penjuru wilayah
menyebabkan kerajaan Melayu menjadi amat kewalahan. Upaya yang melelahkan dan
memakan banyak korban jiwa maupun materi itu, akhirnya membuahkan hasil dengan
takluknya kerajaan Melayu.
Diperkirakan
pada sekitar pertengahan abad ke 6 Masehi, kerajaan Sriwijaya dapat menguasai
hampir sebagian besar wilayah kerajaan Melayu. Kekalahan kerajaan Melayu telah
menempatkan kerajaan Sriwijaya tumbuh dan berkembang dengan cepat.
Ekspansi
tidak terhenti di sini saja, karena diteruskan ke daerah-daerah pedalaman pulau
Sumatera. Salah satu daerah yang menjadi sasaran adalah negara Sigindo Alam
Kerinci. Kerajaan Sriwijaya kelihatan sangat berkepentingan terhadap
negeri-negeri Sigindo, karena wilayah Alam Kerinci di bawah pemerintahan para
Sigindo selama ini diketahui sebagai daerah pemasok berbagai komoditi dagang
untuk pasar manca negara.
Kerinci Rendah di taklukkan
Sriwijaya
Selama
terjadi komplit antara kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan Melayu, pasokan
komoditi perdagangan dari daerah Alam Kerinci terasa sangat menurun. Demikian
juga setelah kerajaan Sriwijaya menaklukkan kerajaan Melayu arus barang-barang
melalui daerah Jambi dan Alam Kerinci volumenya terus berkurang. Menurunnya
pasokan komoditi dagang yang berasal dari daerah Alam Kerinci ke jalur
perdagangan pantai timur Jambi dikarenakan negeri-negeri Sigindo telah mulai
mengalihkan jalur perdagangan ekspornya ke pelabuhan-pelabuhan pantai Barat
Sumatera yang kebetulan lagi berkembang. Perubahan jalur perniagaan ini dilakukan
para pedagang negeri Sigindo atas pertimbangan keamanan yang sulit untuk
diatasi. Selain itu, kebetulan pula pelabuhan samudra di pantai Barat mulai
banyak digunakan armada dagang manca negara dari daratan India dan Asia
Tenggara. Perubahan situasi ini memberikan prospek yang cukup baik bagi
negeri-negeri disekitar pantai Barat dalam perniagaan, mengingat perairan Selat
Malaka semakin tidak kondusif untuk dilayani.
Akan
tetapi kerajaan Sriwijaya beranggapan bahwa negeri-negeri Sigindo Alam Kerinci
sengaja melakukan pembangkangan. Sebenarnya apa yang dikemukakan kerajaan
Sriwijaya hanya merupakan alasan semata. Pada hal sebenarnya kerajaan Sriwijaya
berambisi menaklukkan seluruh pemerintahan atau kerajaan-kerajaan yang terdapat
disekitarnya. Kecongkakan yang tidak bisa dibendung lagi, lalu mereka wujudkan
dengan menyerang negeri-negeri Segindo pada wilayah Kerinci Rendah. Daerah ini
merupakan wilayah yang dulunya berbatasan langsung dengan kerajaan Melayu.
Untuk
menyerang Kerinci Rendah, kerajaan Sriwijaya mengerahkan kekuatan darat dan
armada lautnya. Pasukan darat didatangkan melalui Jambi dan Rawas, sedangkan
armada laut didatangkan dengan melewati jalur sungai Batanghari, terus
menelusuri sungai Batang Tembesi dan kemudian masuk ke daerah Kerinci Rendah
melalui sungai Batang Merangin.
Mengingat
perahu-perahu pengangkut pasokan sulit untuk berlayar jauh lebih ke hulu lagi
menelusuri Batang Merangin dan Matang Masumai yang dangkal dan berbatu, maka
pasukan didaratkan di ujung Muara Mesumai (Bangko). Tempat ini lalu dijadikan
sebagai basis penyerangan ke daerah-daerah Kerinci Rendah. Dari Muara Mesumai
serangan pertama dilakukan terhadap tanah Sigindo Sungai Lintang yaitu daerah
di sekitar anak Sungai Batang Lintang yang bermuara ke Batang Merangin. Wilayah
yang berada di sekitar daerah Sigindo Sungai Lintang dengan mudah dapat
dikuasai. Dari sini pasukan melanjutkan penyerangan ke daerah tanah Sigindo
Timben, Pengantungan, Malgan, Semukun, Lubuk Buluh dan tanah Sigindo Damahu.
Penyerangan tahap kedua mendapat perlawanan yang keras dari rakyat Kerinci
Rendah. Namun karena pasukan Sriwijaya dengan kekuatan yang besar dan peralatan
perang yang lengkap. Perlawanan rakyat Kerinci Rendah dapat dipatahkan.
Sehingga mereka pun dapat ditaklukkan.
Setelah
menaklukkan wilayah Kerinci Rendah, pemerintahan Sriwijaya membuat sebuah
prasasti yang berupa peringatan kepada daerah pendudukan Sriwijaya untuk selalu
tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Bagi penduduk yang berniat untuk melawan
pemerintahan kerajaan Sriwijaya atau penduduk yang melakukan kejahatan akan
dikutuk oleh dewa penguasa alam. Prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti
Karang Birahi. Prasasti Karang Birahi ditemukan di pinggir Sungai Batang
Merangin di Dusun Karang Birahi di wilayah Kerinci Rendah, tepatnya di Kecamatan
Pemenang Kabupaten Merangin sekarang. Tempat prasasti ini berada di lebih
kurang 25 km dari Bangko, ibukota Kabupaten Merangin sekarang.
Kerinci Tinggi tetap merdeka
Wilayah
Kerinci Tinggi dikomandoi oleh Sigindo Sigarinting. Pemerintahan Sigindo
Sigarinting berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama mulai dari abad ke 6
Masehi sampai dengan terbentuknya Pemerintahaan Depati Empat Alam Kerinci.
Pemerintahan Sigindo Sigarinting seperti juga dengan sigindo-sigindo lainnya
terlahir dari pertalian darah dan perkembangan dari satu kaum yang akhirnya
membentuk suatu daerah kekuasaan atas kaum tertentu dan untuk wilayah kekuasaan
tertentu. Wilayah kekuasaan Sigindo Sigarinting terletak di wilayah Kerinci
Tinggi yang berpusat di Jerangkang Tinggi (sekitar daerah Desa Muak sekarang,
di pinggir Danau Kerinci).
Sungguhpun
telah berhasil menaklukkan negeri Sigindo di daerah Kerinci Rendah dengan susah
payah kemudian menguasainya dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 3 abad
lamanya). Kemudian timbul keinginan untuk menaklukkan seluruh negeri Sigindo
Alam Kerinci tidaklah surut. Selama ini wilayah Kerinci Tinggi belum pernah
mereka taklukkan, karena untuk menyerang daerah tersebut tidak sulit dan harus
membelah hutan belantara yang sangat ganas.
Pasukan
Sriwijaya ingin masuk ke daerah Kerinci Tinggi yang kaya dengan produk
perdagangan yang sangat diminati oleh negara luar. Disamping itu, daerah ini
juga merupakan basis kekuasaan pemerintahan negeri-negeri Sigindo. Akan tetapi
menyerang Kerinci Tinggi bukanlah hal yang mudah. Pasukan Sriwijaya menyadari
bahwa mereka akan dihadapkan dengan tentangan yang lebih berat. Perlawanan dari
pasukan dan rakyat negeri-negeri Sigindo di Kerinci Tinggi tentu akan lebih
sengit. Negeri-negeri Sigindo di Kerinci Tinggi telah siaga menyongsong
kedatangan mereka. Selain itu, pasukan Sriwijaya menyadari pula bahwa mereka
akan berhadapan dengan kondisi alam yang sangat ganas.
Setelah
segala sesuatu dipersiapkan mulai dari perbekalan, taktik dan strategi perang,
maka pasukan negeri-negeri Sigindo lalu diberangkatkan untuk menghadang musuh.
Pada suatu tempat di Bukit Malegan dekat dusun Pulau Sangkar sekarang, kedua
pasukan bertemu dan terjadilah pertempuran sengit. Pasukan Sriwijaya karena
tidak menguasai medan perang dan telah lelah melawan keganasan alam dengan
mudah dapat diporak-porandakan. Semangat membara dari pasukan negeri Sigindo
beserta rakyat disekitarnya dalam menghadapi pasukan Sriwijaya menyebabkan
pasukan Sriwijaya dapat di tumpas. Tak seorangpun dibiarkan meloloskan diri,
semuanya mati dalam pertempuran. Sebagai peringatan atas kejadian tersebut,
maka tempat dimana berlangsungnya pertempuran sengit itu, lalu diberi nama
dengan Telaga Darah. Walaupun peristiwa peperangan terjadi ratusan tahun yang
silam, namun sampai kini lokasi Telaga Darah di Bukit Melegan selalu dikenang
rakyat Kerinci sebagai tempat kemenangan pasukan Sigindo atas pasukan Kerajaan
Sriwijaya.
Berita
kekalahan pasukan Sriwijaya oleh Kerinci Tinggi, kemudian diterima induk
pasukan yang bermarkas di Kerinci Rendah. Sudah barang tentu hal ini amat
menyakitkan, karena tidak seorangpun di antara mereka yang dapat kembali.
Kekalahan di Telaga Darah merupakan tamparan yang amat berat bagi kelanjutan
ekspedisi pasukan Sriwijaya. Akhirnya, mereka lau mengurungkan niatnya untuk
menyerang kembali Kerinci Tinggi. Keputusan diambil atas pertimbangan medan
yang sangat berat di wilayah Kerinci Tinggi dan kekuatan pasukan Sigindo
Sigarinting dan sigindo-sigindo lain yang telah bersatu berjuang mempertahankan
wilayah Kerinci Tinggi tidak bisa diremehkan.
Sungguhpun
keinginan menyerang daerah Kerinci Tinggi tidak dilanjutkan, akan tetapi
pendudukan atas wilayah Kerinci Rendah tetap dipertahankan. Kerajaan Sriwijaya
sangat berkepentingan terhadap Kerinci Rendah, karena daerah ini sangat
potensial dalam pertambangan emas. Dalam mengukuhkan kerajaan Sriwijaya, daerah
Kerinci Tinggi tidak pernah dapat ditundukkan, sehingga daerah Kerinci Tinggi
adalah satu-satunya wilayah di Sumatera yang tidak pernah takluk oleh kerajaan
Sriwijaya (sampai abad ke 9 Masehi, Kerajaan Sriwijaya berakhir). Semenjak itu
Kerinci Tinggi secara turun temurun diperintah oleh siapa saja yang diangkat
oleh masyarakat adat untuk silih berganti menyandang gelar Sigindo Sigarinting
sampai pada abad ke 13 Masehi.
Penutup
Banyak
sejarah dari bangsa ini yang hilang ditelan waktu, entah merupakan proses alami
atau memang telah disengaja. Terlebih sejak pendudukan bangsa Eropa di wilayah
Nusantara ini, maka semua yang bakal mengembalikan ingatan kita pada kejayaan nenek
moyang terus dikaburkan. Bahkan mereka dengan semangatnya terus konsisten
memutarbalikkan fakta dan sejarah, dengan maksud agar bangsa ini tidak pernah
bangkit sekali lagi.
Tapi,
dari sedikitnya rajutan sejarah di atas, tentunya secara perlahan mematahkan
anggapan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang bodoh dan kecil. Ia juga
memberikan gambaran nyata bahwa secara pasti kejayaan masa lalu dari bangsa ini
akan terungkap dengan jelas. Inilah awal dari kebangkitan yang sesuai dengan
kultur yang ada di Nusantara. Yang tetap dengan jati dirinya sendiri tanpa
terpengaruh oleh budaya dari luar negeri. Karena sejatinya bangsa ini adalah
bangsa yang besar dan unggul, bahkan pernah memimpin dunia. Dan ketika tiba
waktunya, maka kepemimpinan itu akan kembali di pangku oleh bangsa ini. Untuk
mengembalikan dunia pada tatanan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sumber :
https://harimaukerinci.wordpress.com/kerinci/kerajaan-kerajaan-di-alam-kerinci/kerajaan-sigindo-alam-kerinci-satu-satunya-wilayah-di-sumatera-yang-tidak-dikuasai-sriwijaya/
No comments:
Post a Comment