Tuesday, June 23, 2015

Pulau Sebatik di Ujung Kalimantan, Satu Budaya Dua Negara





Banggasejarah - Pulau Sebatik merupakan pintu gerbang Indonesia di Kalimantan, tepatnya berada di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negeri Sabah Malaysia. Uniknya, status kepemilikan pulau itu terbagi dua, wilayah utara pulau itu seluas 187,23 Km2, menjadi milik Malaysia, sedang wilayah bagian selatan seluas 246.61 Km2 adalah milik Indonesia Di Desa Aji Kuning Pulau Sebatik, sedikitnya terdapat 300 kepala keluarga yang berada tepat di garis perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Tidak mengherankan Juga kemudian sering muncul isu internasional menyangkut status kepemilikan Pulau Sebatik, yang mengakibatkan hubungan Indonesia dan Malaysia memanas dan mengalami pasang surut. Namun masyarakat Sebatik dan Tawau Malaysia tak terpengaruh, mereka tetap menjalankan hubungan yang harmonis, karena sebagian penduduk Sebalik dan Tawau iernyata masih bersaudara, mereka sama-sama berasal dari Bugis.

masyarakat Pulau Sebalik sangat bergantung kepada Malaysia khususnya ke Tawau. Hampir semua komoditas yang dihasilkan masyarakat, seperti ikan, sawit dan coklat dijual ke negeri jiran. Malaysia
Masyarakat Sebatik Juga membeli berbagai kebutuhan sehari-hari dari Tawau, sehingga tak heran Jika ada dua mata uang yang beredar di sana, yakni rupiah dan ringgit. Tapi warga setempat lebih menyukai ringgit karena nilainya lebih tinggi.

Secara geografis, Pulau Sebatik lebih dekat ke Tawau yang hanya ditempuh dalam waktu 15 menit, bila dibandingkan dengan ke Pulau Nunukan yang memakan waktu 1,5Jam dengan alat transportasi yang sama dengan ongkos tiga kali lipat.

Perbedaan mencolok yang membuat iri masyarakat Indonesia di Pulau Sebatik adalahjika pada malam hari menyaksikan Kota Tawau yang bermandikan cahaya dengan gedung-gedung tinggi, sebaliknya masyarakat di Pulau Sebatik gelap-gulita dengan hanya mendapat Jatah penerangan listrik dua hari sekali. Belum lagi ketiadaan jaringan air bersih dan jalan rusak serta pelayanan kesehatan dan pendidikan yang minim, menambah lerkucilnya masyarakat Sebatik ditengah gemerlapan cahaya kemakmuran negarajiran di depan matanya.

Belajar dari sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan ligitan, sengketa blok Ambalat, pengusiran ratusan ribu TKI dan munculnya Asykar Watanlyah yang direkrut dari warga perbatasan; maka sudah sepan-tasnyalah pemerintah memberikan perhatian lebih kepada Pulau Sebalik.

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki batas wilayah antar negara yang sangat panjang, baik batas laut maupun batas darat. Sebagai negara kepulauan, Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara, yaitu: India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Myanmar, Papua Nugini, Timor Leste, dan Australia. Menurut Riwanto Tirtosudarmo, persoalan perbatasan negara Indonesia dengan negara tetangga sangat kompleks karena wilayah perbatasan negara Indonesia tidak hanya mencakup perbatasan di daratan, tetapi juga menyangkut perbatasan laut dan perbatasan dengan pulau-pulau terluar. Bahkan perbatasan di Pulau Sebatik merupakan perbatasan yang sangat unik, di mana satu pulau dibagi menjadi dua yang dimiliki oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia, dan dihuni oleh etnis dengan budaya yang sama yaitu budaya Melayu. Dengan posisi semacam itu maka Pulau Sebatik merupakan pulau paling strategis di Indonesia dengan kedudukan yang unik.

Posisi pulau Sebatik yang unik sangat berkaitan dengan sejarah kelahiran dua bangsa satu rumpun, yaitu Indonesia dan Malaysia. Menurut Anthony D. Smith, sebagaimana dikutip oleh Riwanto Tirtosudarmo, pada awal sejarah kelahirannya, negara-bangsa identik dengan ”negara-etnis”. Pada awalnya batas-batas teritorial dari negara-bangsa merupakan refleksi dari batas-batas geografis sebuah etnik tertentu. Pada perkembangan selanjutnya dari negara-bangsa memperlihatkan bahwa kesamaan cita-cita, yang tidak jarang bersifat lintas etnik, lebih mengemuka sebagai dasar eksistensi sebuah negara-bangsa. Kasus Indonesia dan Malaysia menunjukkan bahwa kesamaan cita-cita yang melatarbelakangi terbentuknya kedua bangsa tersebut adalah adanya perbedaan nasib pada masa lalu. Kedua bangsa dengan latar belakang etnik yang sama tersebut dijajah oleh dua penjajah yang berbeda, Indonesia dijajah oleh Belanda dan Malaysia dijajah oleh Inggris. Aspek historis telah menyebabkan bangsa yang serumpun harus terbelah menjadi dua dengan entitas politik yang berbeda. Suasana perbedaan tersebut sangat jelas terlihat di Pulau Sebatik, dimana pulau tersebut terbagi dua hampir sama besar, masing-masing dikuasai oleh Indonesia dan oleh Malaysia.

dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment