Tuesday, June 23, 2015

Kebenaran Nenek Moyang Indonesia Pelaut Tertangguh di Dunia




Banggasejarah - Bangsa Indonesia percaya bahwa nenekmoyang dari bangsa ini merupakan pelaut-pelaut tangguh. Bukti sejarah menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan besar Indonesia sudah mampu berkelana mengarungi lautan untuk berinteraksi dengan bangsa lain. Walau akhirnya bangsa penjajah “berhasil” membungkam kemampuan bangsa Indonesia untuk menguasai lautan masih ada suku-suku di Indonesia yang sanggup bertahan hidup mengandalkan laut saja.

Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa di perairan Nusantara pada paruh pertama abad XVI, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil sebagai penjelajah samudra. Kronik China serta risalah-risalah musafir Arab dan Persia menorehkan catatan agung tentang tradisi besar kelautan nenek moyang bangsa Indonesia.

Serangkaian penelitian mutakhir yang dilakukan Robert Dick-Read (Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, 2008) bahkan memperlihatkan fenomena mengagumkan. Afrikanis dari London University ini, antara lain, menyoroti bagaimana peran pelaut-pelaut nomaden dari wilayah berbahasa Austronesia, yang kini bernama Indonesia, meninggalkan jejak peradaban yang cukup signifikan di sejumlah tempat di Afrika. Buku ini bercerita tentang pelaut-pelaut Nusantara yang berlayar sampai ke Afrika pada masa lampau, jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika selain gurun Saharanya, dan jauh sebelum bangsa Arab dan Shirazi menemukan kota kota-kota eksotis di pantai timur Afrika seperti Kilwa,Lamu dan Zanzibar.

Memang nenek moyang kita pada waktu itu memakai apa sehingga bisa menelaah dunia laut yang pada masa itu merupakan dunia yang penuh misteri dan ganasnya?. Jangan membayangkan dulu kapal-kapal besar nan megah seperti yang ada di film-film barat semacam pirates of caribean atau film-film bertema kelautan sejenisnya. Tapi hanya menggunakan perahu kecil sederhana sejenis kano. Tapi berkat kehandalan dari para pelaut kita. Pelaut kita berhasil mengarungi samudra lautan tanpa menggunakan peraltan-peralatan yang canggih.

Indonesia dilalui oleh angin musim. Pada bulan-bulan Mei - Juli bertiuplah angin musim timur atau disingkat angin timur. Angin bertiup dari arah timur ke barat. Para pelaut memnfaatkan angin tersebut. Pada saat bertiup angin timur mereka berlayar menuju ke barat. Dengan demikian kapal-kapal mereka didorong oleh angin timur, sehingga pelayaran lancar.

Sebaliknya pada bulan Desember - Februari bertiup angin musim barat atau disingkat angin barat. Angin tersebut bertiup dari arah barat ke timur. Pada bulan-bulan tersebut para pelaut berlayar menuju arah timur. Dengan demikian tujuan pelayaran ditentukan oleh angin. Apakah sebabnya? Karena para pelaut menggunakan kapal layar.

Ilmu perbintangan berguna sebagai pedoman arah (mata angin) pada pelayaran malam hari. Berlayar pada siang hari, mudah mengetahui arah mata angin, karena berpedoman pada matahari. Ketika malam tiba matahari tak tampak, oleh karena itu para pelaut menggunakan bintang-bintang sebagai pedoman pelayaran di malam hari. Misalnya kelompok bintang Pari sebagai pedoman untuk mengetahui titik selatan. Kelompok bintang Biduk Besar sebagai pedoman untuk mengetahui utara.

Setelah diketahui titik selatan dan utara maka mudahlah untuk mengetahui titik barat dan timur. Mengapa para pelaut pada zaman dahulu menggunakan bintang-bintang sebagai pedoman arah? Sebab mereka belum mengenal kompas.

Munculnya bintang-bintang tertentu juga dapat untuk mengetahui musim. Misalnya pada zaman dahulu pelaut-pelaut dari Biak mengenal Bintang Scorpio untuk mengetahui musim badai. Bintang Scorpio itu mereka namakan Romangwandi. Bila bintang Romangwandi telah muncul di langit, suatu tanda bahwa musim badai dan ombak besar di lautan telah lewat. Para pelaut pun beramai-ramai turun ke laut pergi berlayar.

Perahu lancang Kuning (Riau)


Perahu Lancang Kuning berasal dari rumpun dan daerah Melayu. Pada Zaman dahulu, Perahu Lancang Kuning merupakan lambang kekuasaan kerajaan dan digunakan sebagai perahu resmi kerajaan Siak Sri Indra Pura. Sekarang perahu ini digunakan sebagai alat transportasi masyarakat riau oleh suku asmat




Perahu Phinisi Bugis (Sulawesi Selatan)

perahu yang dirancang oleh suku bugis ini terkenal karena kehandalan nya mengarungi samudra dan proses pembuatan nya yang unik. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau dan memiliki berat sekitar 100-200 ton.




Perahu jukung (kalimantan)


Perahu jukung adalah perahu khas yang sering digunakan oleh warga suku Banjar. Bahkan, jauh sebelum suku Banjar muncul dan berkembang, perahu jukung telah digunakan sebagai alat transportasi penting dalam penyebaran penduduk dari pesisir menuju pedalaman Kalimantan. Dan juga sebagai perahu untuk membawa barang dagangan yang dipasarkan di pasar terapung.


Perahu borobudur (Jawa)


Kapal Borobudur adalah kapal layar bercadik ganda terbuat dari kayu yang berasal dari abad ke-8 di Nusantara yang digambarkan dalam beberapa relief di candi borobudur Kegunaan cadik adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu.




Kapal Jung (Jawa)


Kapal jung kapal berukuran besar yang memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam. memiliki Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, keunikan lainya dari kapal ini adalah pada proses pembuatan nya yang tidak memakai paku atau bahan perekat lainya seperti perahu-perahu besar lainya di dunia. Dahulu kerajaan demak menggunakan nya untuk mengangkut pasukan dalam jumlah besar.

Perahu patorani (Sulawesi Selatan)

kapal ini pernah digunakan oleh armada Kerajaan Goa dan berfungsi sebagai kapal nelayan, khususnya untuk menangkap ikan terbang.

Perahu jukung karere (Papua)

perahu ini memiliki panjangnya sekitar 15 meter. Suku asmat; suku-suku di papua berada di pesisir pantai dan di pelataran gunung menggunakan nya untuk berdagang atau alat transportasi

dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment